Sekarang
laporan kesehatan mereka baru dirilis karena para astronot meminta
penundaan sepuluh tahun sebelum publik tahu. Dan sekarang kita tahu
masalahnya, apa akibat nyata dari hidup di luar angkasa.
Sebelum
ke luar angkasa, para astronot tentunya mengikuti tes kesehatan. Tes
ini penting untuk memeriksa bagaimana kondisi sebelum, selama dan
sesudah misi antariksa. Hanya orang yang super sehat yang boleh menjadi
astronot. Berikut apa saja hasil tes kesehatan mereka selama dalam
misi.
Selama tujuh misi yang
berlangsung dari 14 hingga 189 hari, hanya ada sedikit masalah kesehatan
yang dialami para astronot. Itu selama di luar angkasa. Biasalah,
seperti yang kita rasakan, sakit kepala, insomnia atau sembelit. Masalah
biasa dan sebelum berangkat mereka sudah dibekali segala jenis obat.
Sekarang mereka pulang. Bagaimana kesehatan mereka saat hidup kembali di bumi?
Bahkan
walaupun saat berangkat para astronot adalah orang yang super sehat,
saat pulang? Well, tubuh mereka sudah beradaptasi dengan kondisi tanpa
berat. Di ruang angkasa pengaruh gravitasi bumi begitu kecil sehingga
praktis mereka tidak bermasalah dengan berat. Saat mereka pulang, sistem
tubuh mereka mengalami kejutan. Shock!
Jantung
sudah beradaptasi dengan gravitasi rendah, ia tidak bekerja keras untuk
memompa darah ke kepala. Akibatnya tingkat hemoglobin dan tekanan darah
mereka rendah. Dan begitu keluar dari kapal untuk menginjakkan kaki di
bumi mereka bisa kesulitan berdiri. Kalaupun berdiri mereka akan
sempoyongan dan bahkan pingsan.
Yang
lebih mengkhawatirkan adalah dampak gravitasi mikro pada tulang dan
otot. Secara normal mereka menopang berat tubuh. Di ruang angkasa,
mereka cenderung meluruh karena tidak ada beban tanggungan. Untuk
mencegahnya, astronot harus latihan di treadmills dan sepeda statis saat
di ruang angkasa. Walaupun begitu, tetap saja mereka kehilangan sekitar
2 persen massa tulangnya setiap bulan!
Hal
yang sama juga dirasakan oleh astronot dari ISS. Otot mereka memiliki
kekuatan 30% hingga 40% di bawah kekuatan otot normal. Setara dengan
kakek-kakek berusia 80 tahun!
Ini mengapa kita sampai sekarang belum mengirim orang ke Mars. Ke Bulan sih bisa, misi Apollo 11 (http://www.faktailmiah.com/2010/08/30/neil-armstrong-pernah-mendarat-di-bulan.html)
misalnya, hanya memakan waktu 8 hari pulang pergi (termasuk 21 jam 36
menit di permukaan bulan). Ingat gravitasi bulan hanya seperenam bumi.
Tapi kalau ke Mars, dengan teknologi sekarang waktu perginya saja perlu 9
bulan. Katakanlah ia sehari saja di Mars, pulang lagi perlu 9 bulan,
jadinya 1 tahun setengah. Tapi mereka mungkin akan lama di Mars.
Masalahnya, bahkan saat berada dalam gravitasi Mars, yang 38% bumi, (2.2
kali lipat bulan) para astronot akan terlalu lemah untuk bekerja dan
bisa pingsan dan patah tulang.
Gimana
orang biasa mau pergi ke planet lain coba, kalau astronot saja jadi
bakal seperti kakek-kakek gitu kekuatannya? Ada teknik sih disarankan
para ilmuan. Mulai dari penggunaan pemutar sentrifugal raksasa untuk
meniru efek gravitasi hingga pengembangan sebuah pil yang dapat
memblokade lenyapnya massa tulang dan otot. Tapi ada juga yang bilang,
kalau gitu olahraga saja yang lebih keras lagi. Dan satu lagi masalah
bagi astronot, mereka cenderung kehilangan nafsu makan. Bayangkan saja,
tiap hari makanannya hanya pasta doang. Yup, makanan astronot hanya
berbentuk odol. Walaupun rasanya macem-macem. Hal ini agar dapat dicerna
tubuh. Seperti orang yang gak punya gigi gitu, tapi masih mending ga
punya gigi, masih bisa makan nasi biarpun hanya ditelan. Usus astronot
tidak bakal mampu mencerna nasi. Makan pasta terus tentu membuat selera
makan lenyap dan ini juga yang membuat mereka tambah lemah. Saat ini
para ilmuan sedang mengembangkan makanan pasta yang super kaya dengan
protein untuk astronot, jadi biarpun hanya makan sedikit, kebutuhan gizi
untuk regenerasi otot mereka mereka mencukupi.
Ini
juga mengapa menjadi astronot bukanlah hal yang gampang. Proses
seleksinya gila-gilaan. Saat seleksi astronot untuk stasiun ruang
angkasa MIR tahun 1988 hingga 1999, ada 1065 kandidat dari seluruh
Eropa. Kandidat ini bukan kepengen sendiri loh, tapi dicalonkan oleh
masing-masing pihak yang terlibat. Dari 1065 orang ini, akan diseleksi
13 orang saja. Cara seleksinya? Sebagian besar gugur saat tes akademik
dan profesional serta sejumlah besar tes kesehatan. Kedengarannya biasa
saja, tapi itu baru tes pertama dan disini sudah gugur 793 orang.
Kandidat
yang tersisa diuji lagi kesehatan fisik dan jiwanya. Pandangan dan
pendengaran harus tajam dan ukuran tubuhnya harus pas dengan kapsul
Soyuz yang sempit dan akan mengantarkan mereka ke Mir. Mereka harus
tahan dalam kondisi terbalik sambil diputar dengan kecepatan 30 putaran
per menit. Yang mabok? Out!
Kandidat
lalu diletakkan dalam mesin pemutar sentrifugal dan diputar hingga 8
kali kekuatan gravitasi bumi selama 30 detik. Pingsan? Out!
Sisanya
disuruh duduk di sebuah kamar yang kondisinya sama dengan berada pada
ketinggian 10 ribu meter. Lalu kamar mesin ini dikondisikan seperti
membawa orang ke permukaan bumi hanya dalam waktu 30 detik! Itu artinya
sama dengan naik kendaraan berkecepatan 1200 km/jam. Pingsan? Out!
Sisanya
disuruh lari sesuai dengan usianya. Kalau usianya 40 tahun, ia harus
lari 1 kilometer dalam waktu maksimal 4 menit 10 detik, dan harus lari
cepat (sprint) menempuh 100 meter dengan waktu maksimal 16.8 detik. Gak
mampu? Out!
Di final mereka akan di wawancarai oleh para manajer antariksa Eropa. Dan disinilah mereka akan ditentukan siapa pemenangnya.
Setelah
terpilih, mereka belum tentu pasti berangkat. Mereka harus ikut program
latihan dasar. Setelah program selesai, mereka dikirim ke fasilitas
Star City di dekat Moscow. Disini mereka harus ikut program latihan
khusus misi. Calon astronot tinggal di fasilitas selama berbulan-bulan
dan mengikuti berbagai pemeriksaan kesehatan. Dan akhirnya, dua atau
tiga minggu sebelum hari peluncuran, mereka dikarantina total untuk
menghindari infeksi apapun. Barulah pada hari H mereka nongol,
berpakaian keren dan siap berangkat ke luar angkasa dan mengabdikan diri
bagi sains dan negara dengan resiko mendadak jadi kakek-kakek berusia
80 tahun.
Tertarik?
Referensi silang
- Clément, G.; Hamilton, D.; Davenport, L.; Comet, B. 2010. Medical survey of European astronauts during Mir missions. Advances in Space Research, Volume 46, Issue 7, p. 831-839.
- Compton, W.D. 1989. Where No Man Has Gone Before: A History of Apollo Lunar Exploration Missions, NASA SP-4214 in the NASA History Series.
- Fitts, R.H., Trappe, S.W., Costill, D.L., Gallagher, P.M., Creer, A.C., Colloton, P.A., Peters, J.R., Romatowski, J.G., Bain, J.L., Riley, D.A. 2010. Prolonged Space Flight-Induced Alterations in the Structure and Function of Human Skeletal Muscle Fibres J Physiol
- Marchant, J. 2010. Space trips make us Weak at the Knees. New Scientist, 28 August 2010, pp.8-9
No comments:
Post a Comment